Bidang Peningkatan Kualitas Akademik

Bidang Peningkatan Kualitas Akademik


SMAN 93

Thursday, December 1, 2011

SBY Kritik Guru Lulus Sertifikasi

JAKARTA - Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2011 dimanfaatkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memberikan koreksinya kepada guru. SBY menyoroti kinerja guru-guru yang telah lulus sertifikasi namun tidak ada peningkatan dalam hal kinerjanya.

"Saya masih menerima masukan dari masyarakat, sebagian saudara-saudara kita yang sudah mencapai itu (lulus sertifikasi, Red), kinerjanya belum banyak berubah," kata SBY dalam Peringatan HGN dan HUT ke-66 PGRI di Sentul Internasional Convention Center (SICC), kemarin (30/11).

Padahal, guru yang telah lulus sertifikasi, sudah bisa menerima tunjangan profesi dan tunjangan khusus. "Berarti kesejahteraan meningkat," kata SBY.

Selain soal kinerja, SBY juga memberikan dua koreksi lain untuk para guru. Yakni para guru yang diharapkan memiliki kesadaran, kepedulian, dan tanggung jawab terhadap sekolahnya sehingga lebih tertib dan teratur. "Dengan demikian lingkungan pendidikan menjadi bagian character building. Saya berikan koreksi, mari kita perbaiki tempat itu," urainya.

Koreksi lain, kata SBY, adalah masih ada guru yang belum benar-benar menjadi panutan. SBY meminta, tiga koreksi tersebut bisa diperhatikan para guru.

Selain koreksi, SBY juga menyampaikan apresiasinya terhadap guru yang berhasil dalam berbagai bidang. Kemudian juga mereka yang melampaui panggilan tugasnya. "Atau sangat dedikatif. Beyond the call of duty, benar-benar luar biasa," ujar SBY yang disambut riuh tepuk tangan ribuan guru di SICC.

Apresiasi juga ditujukan pada guru yang bertugas di daerah dan mendidik masyarakat yang kondisinya ekstrim. Misalnya infrastruktur yang serba kurang. "Mereka patut mendapat penghargaan dari negara karena mengemban tugas di daerah yang penuh tantangan," katanya.

Dalam kesempatan itu, presiden merespon pembahasan mengenai pengelolaan guru, apakah dikelola pemerintah pusat atau daerah. Kalimat itu spontan disambut ribuan guru dengan teriakan "pusat". "Dengarkan dulu," potong SBY. "Ada plus dan minusnya. Kalau dikelola pusat, ada plus dan minusnya," imbuhnya.

Dia menyebut sudah memerintahkan untuk dilakukan kajian. Termasuk mengonsultasikannya dengan DPR jika diperlukan. "Pembahasannya tidak emosional, tidak grusa-grusu. Sehingga ketika ditetapkan adalah solusi, bukan masalah," kata SBY.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M. Nuh mengaku, pembahasan mengenai pengelolaan guru tersebut memang mendesak dilakukan. "Kami sedang merampungkan kajian tersebut. Dan Insya Allah hasilnya akan segera dilaporkan kepada Bapak Presiden," kata Nuh. (fal/wan)

Friday, November 25, 2011

Motivasi untuk guru

Biarkan sang murid berkata, "beliau GURU SAYA", bukan sang guru yang berkata, "dia MURID SAYA"

Tuesday, October 11, 2011

Pengumuman untuk kelas XII

Bahwa untuk kelas XII SMAN 93 saat ini mempunyai 2 program yaitu
  • Pendalaman Materi : Program untuk meningkatkan nilai Ujian Nasional dan kelulusan pada Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negri
  • Pelepasan kelas XII di gedung Kartika Chandra : Program kelas tamatan atau kelulusan yg diselenggarakan sekitar bulan Juni 2012


Karena kesibukan komite sekolah, maka sebagai tahap awal komite sekolah sudah membentuk para wakil dari orang tua murid kelas XII dalam mengawasi EFEKTIFITAS program pendalaman materi dan pembentukan kepanitian untuk pelepasan. Jadi komite sekolah berharap agar ada evaluasi dari seluruh orang tua murid kelas XII SMAN 93 sehingga program pendalaman materi akan menjadi lebih baik dari tahun ke tahun dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata Ujian Nasional dan meningkatnya jumlah siswa-siswi yang diterima ke Perguruan Tinggi Negri.

Kemudian komite sekolah juga merasa perlu membangun awareness dari para wakil orang tua murid kelas XII untuk membentuk kepanitian acara pelepasan yang sampai saat ini belum dilakukan.

Wakil dari ortu murid kelas XII
  1. Bpk Hendra Pakan 0818674892
  2. Bpk Simon Silalahi 08129600309/ ph 84599135 simonkms@yahoo.com
  3. Ibu Nevo Siburian   0815 8502 7939 / nevosiahutauruk@yahoo.co.id
  4. Bpk Sahroja 085780948718 oja_rt@yahoo.com
  5. Ibu IndraWati 08161434190 indra.skip@hotmail.com

Pengumuman untuk kelas X - Pembayaran ELMO

Bahwa uang pembayaran ELMO bulan September 2011 akan dialihkan sebagai pembayaran ELMO bulan Juni 2012. Surat Edaran akan menyusul dari kepala sekolah SMAN93.

Wednesday, September 21, 2011

Meredam Emosi dan Belajar Kembali


Tawuran SMA 70 dan SMA 6 sepertinya sudah tercipta dari zaman purba. Tidak hanya antara kedua SMA itu, SMA 70 awalnya adalah SMA 11 dan 9 dilebur karena lokasi yang berdekatan kerap kali membuat mereka baku lempar. Selain SMA 70-SMA 6, kawasan Bulungan-Mahakam-CSW adalah tempat strategis kedua SMA itu “diserang” anak SMA 46 atau Texas, atau STM Penerbangan. Bahkan anak Bunda Kandung nan jauh di mato pun kerap kali datang mengunjugi area “lempar batu”.
Zaman saya sekolah dulu, kami menyebut tawuran itu “Sabtu Seru” [mengambil nama acara di salah satu TV swasta]. Karena hari Sabtu, biasa ekskul kemudian pelajaran lebih bebas, digagaslah tawuran. Sebenarnya waktu angkatan saya, sudah lumayan diredam, lho. Tiap Selasa dan Kamis kami diberi “pengayaan” sampai pukul 4 sore. Tiap Senin dan Rabu … uhm, apa, ya … pokoknya saya cukup lelah lah pulang sekolah, belum les ini itu dan BTA.
Kejadian kemarin adalah salah satu “tradisi” kedua SMA itu. Masalahnya, waktu sekarang tidak sama seperti saya SMA dulu. Sekarang kebebasan informasi di mana-mana. Stasiun TV tidak hanya dua atau tiga. Koran, majalah, tidak cuma tiga atau empat. Dan di masa seperti ini, teknologi yang jauh lebih maju, ilmu pengetahuan yang melesat, pertumbuhan  penduduk Asia yang melejit, persaingan sekolah, pekerjaan semakin ketat, rasanya tidak zaman lagi tawuran antar sekolah.
Sebagai awak media, dan dua tahun ini kembali memegang kamera, naluri tentu tidak bisa lepas kalau ada kericuhan di masyarakat sipil beradab.  Dan menurut saya, ketika anak-anak itu keluar sekolah lalu lepas kendali, di satu sisi badan dan tanggung jawab sudah dianggap dewasa, meski pikiran dan umur mereka masih anak-anak. Jujur, saya  kaget anak seumur itu bisa menghardik, “Matikan kamera!” lantas merampas kamera dan mengambil kaset rekaman  dari juru rekam. Tidak hanya itu, aksi damai juru warta pun dibuat ricuh dengan pemukulan dan penghancuran. Memang, sebagai wartawan, saya agak bingung juga dengan rekan-rekan yang berdemo di depan SMA 6. Kemudian buntutnya malah ricuh.
Padahal cukup dengan perlindungan  oleh Undang-undang Pers, media bisa menggunakan dan mengambil jalur hukum kalau merasa dirugikan. Ada pasalnya di situ, kalau kita tidak boleh menghalangi pekerjaan wartawan. Kenapa memilih demo?
Dan meski wartawan dilindungi oleh UU Pers, bukan berarti wartawan itu dewa. Wartawan juga harus mengerti kalau anak-anak itu juga dilindungi oleh Undang-undang. Ada kode etik untuk menyamarkan wajah mereka karena masih anak-anak. Sayangnya, hal itu tidak dilakukan oleh TV kita yang memang belum dewasa ini!
Anak-anak [Indonesia] sekarang ini akrab dengan kekerasan yang gencar diberitakan oleh media massa terutama TV nasional. Mereka juga terbiasa dengan drama overacting dari beragam sinetron yang tidak bisa dihentikan dengan alasan rating. Mereka juga akrab dengan ketidakadilan yang dipertontonkan oleh pemerintah kita. Meski saya bilang tidak wajar, tapi saya mengerti mereka bisa bertindak seperti itu.
Aliansi Jurnalis Indonesia meskipun menyesalkan tindakan pemukulan dan anarkis anak-anak SMA itu,  memberikan pernyataan sikap kalau anak-anak itu masih di bawah umur dan tidak menyarankan untuk diproses secara hukum. AJI meminta Kepala Sekolah dan guru di SMA tersebut untuk mendidik murid-muridnya memahami kebebasan pers dan perlindungan kegiatan jurnalistik terutama saat mencari informasi.
Mengerti, gejolak muda remaja itu tinggi. Belum lagi  dengan adanya gadget di tangan, sewajarnya mereka juga bisa meredam gejolak tangan dan pikiran untuk memaki juru warta. Saya yang sangat liberal saja, ketika mau memaki di Twitter, berusaha menyamarkan kata makian dengan menggunakan tanda (*).  Apalagi ini mereka menyumpahi seseorang mati. Kita masih tinggal di Indonesia yang sedang siap tinggal landas dan mengurangi konflik sosial di masyarakat, bukan di negara konflik.
Saya percaya, bahwa kekerasan anak-anak SMA ini adalah sesuatu yang “hip”, atau hanya ikut-ikutan teman atau seniornya. Sebagian mungkin terjadi karena anak di rumah kurang mendapat perhatian dari orangtua. Sebagai seorang alumni di sekolah yang tawuran sebagai “ekskul” dan kemudian menjelma menjadi seorang ibu, saya tentu miris. Tidak pernah terpikir oleh saya betapa khawatirnya orangtua dan teman-teman saya dulu. Tapi sekarang jelas saya khawatir dan ketar-ketir, bagaimana nasib anak saya dan anak-anak Indonesia nanti kalau kekerasan masih dipelihara, di lingkungan sekolah elit pula.
Seyogyanya, kita benahi lagi. Dari diri sendiri. Dari orangtua untuk memberikan contoh yang lebih lembut. Bertutur halus dan menyelesaikan setiap masalah dengan dialog. Dari para pendidik, untuk tidak arogan dan anggaplah semua anak itu adalah darah daging sendiri. Dan pekerja pers untuk lebih sering mendapat pelatihan jurnalistik lebih banyak lagi, supaya membuat sajian jurnalistik damai.
Tidak semudah seperti membalik telapak tangan memang. Tawuran ini sudah begitu mendarah daging dan “prestis” bagi sebagian anak-anak [alumni]. Tapi saya yakin, batu yang keras akan hancur kalau terus menerus ditetesi air.

*gambar dari sini

Pemerintah Harus Serius Wujudkan Pendidikan Karakter

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kericuhan yang melibatkan pelajar SMA Negeri 6 Jakarta dan sejumlah wartawan, menunjukkan betapa pemerintah belum serius mewujudkan pendidikan yang berkarakter.

Padahal pendidikan yang berkarakter ini menjadi tujuan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor (UU) 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

"Selama ini, pemerintah seringkali menggaungkan pendidikan karakter ini, tetapi justru tidak menjadikannya sebagai sasaran dan program kerja," kata Raihan Iskandar, anggota Komisi X DPR di Jakarta, Selasa (20/9/2011).

Menurut Raihan, kasus tawuran pelajar seperti yang dilakukan siswa SMAN 6 Jakarta hanyalah ekses dari desain kebijakan pendidikan, yang tidak sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan tersebut.

Tawuran antarpelajar, berbagai kasus moral yang melibatkan guru, kasus korupsi yang melibatkan sejumlah pejabat, bisa jadi hanyalah ekses dari desain kebijakan pendidikan yang tidak menempatkan pendidikan karakter sebagai prioritas.

Raihan menilai dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012, terlihat pemerintah tidak menempatkan pendidikan karakter sebagai prioritas. Sebaliknya, pemerintah justru lebih fokus kepada pencapaian berupa angka-angka (kuantitatif). Misalnya, pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP.

"Pemerintah justru lebih serius mengejar target kelulusan dalam ujian nasional (UN). Padahal UN justru menciptakan berbagai macam persoalan, seperti kecurangan, contek masal yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa, dan kasus pemukulan guru terhadap siswa yang tak bisa menghapal nama-nama provinsi. Jelas, bahwa kebijakan ini justru telah menciptakan perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri," kata Raihan.

Seharusnya, jelas Raihan, pendidikan karakter bangsa menjadi salah satu prioritas dalam RKP 2012 bidang pendidikan, karena menjadi esensi dari penyelenggaraan pendidikan

Monday, September 12, 2011

Laporan RABS perioda 2010 – 2011 belum bisa ditampilkan

Menindaklanjuti pertemuan orantua murid dengan komite sekolah pada hari Minggu 11 September 2011 maka sampai saat ini laporan belum bisa ditampilkan.

Mohon bersabar menunggu selesainya persiapan yang dilakukan.

Salam
Komite Sekolah SMAN93

Wednesday, August 3, 2011

Peringkat Universitas Jangan Lebay

JAKARTA - Maraknya situs-situs yang mempublikasi mengenai peringkat universitas, dinilai lebay alias terlalu berlebihan. Pasalnya pemeringkatan tersebut menimbulkan efek yang berbeda pada setiap negara.
Menurut analis Profesor Boston Collage Philip G Albach, alasan sebuah universitas terlalu menekankan peringkat internasional. Dia menyatakan, pada era globalisasi ini, kualitas pendidikan tinggi yang disurvei dan dipublikasi melalui jaringan internet memang tidak bisa terelakkan. Pasalnya, survei itu bisa dijeneralisir.

"Seperti yang dikatakan oleh founder Ellen Hazelkorn, benar bahwa peringkat berkonsentrasi pada pemerintah, beberapa bagian lainnya ada pada publik. Sayangnya, banyak universitas kelas dunia yang dirugikan oleh seluruh sistem dan kompleksitas yang ada di hampir setiap negara," tulis Albach seperti yang dikutip dari situs University World News, Senin (1/8/2011).

Teori Hazelkorn tentang efek ketimpangan dalam institusi perguruan tinggi di Amerika Serikat, yang disebabkan oleh publikasi rangking internasional adalah suatu kebenaran.

"Universitas berbasis penelitian kelas dunia tidak memberikan kontribusi secara umum pada berkembangnya jenis institusi pascasekolah menengah. Memang, betul rangking internasional terlalu fokus terhadap research university, tetapi mungkin pada sektor lainnya akan mengalami kerugian," Albach menganalisis.

Menurut Albach, peringkat yang mungkin mengangkat kesadaran di sektor research university ini, disebabkan karena ukuran ranking produktivitas dalam penelitian. Dalam hal tersebut, research university memang telah memberikan kontribusinya.

Sebagai contoh, dia melanjutkan, untuk menyeimbangkan perhatian terhadap isu ini, telah digelar sebuah konfrensi di Riyadh, Arab Saudi, pada April 2011 lalu, Fokus adalah pada rangking pendidikan tinggi kelas dunia.

"Berhati-hati dalam pernyataan untuk menekankan apa yang disebut universitas dengan pengajaran world class (kelas dunia). Lembaga yang mengajar, seperti misi utama, sebagai bagian pusat dari sistem perguruan tinggi apapun," Albach mengimbuhkan.

Jadi, menurut profesor yang juga bekerja sebagai Editor of the Quarterly Publication International Higher ini, jika peringkat internasional memang harus ada, ada beberapa poin yang harus ditekankan terlebih dahulu.

Berikut beberapa poin yang harus diperhatikan menurut Albach:

1. Rangking harus memperhatikan sebagian kecil efek dari fase pasca pendidikan menengah diseluruh dunia.

2. Seluruh sektor pendidikan tinggi perlu diakui, didukung, dan dievaluasi.

3. Setiap orang yang peduli dengan pendidikan tinggi perlu mengenali keterbatasan peringkat dan sistem pendidikan yang efektif walaupun institusinya bukan research university, yang mana hanya menekankan sistem belajar mengajar, bukan meneliti.

4. Ukuran peringkat pada sektor pernelitian elit dan pendidikan tinggi tetaplah penting.
(rhs)



http://kampus.okezone.com/read/2011/08/01/373/486910/peringkat-universitas-jangan-lebay

Sunday, July 31, 2011

Pramuka Jangan Diwajibkan

Ester Lince Napitupulu/KOMPAS












Jambore Pramuka Dunia di Swedia dibuka
KRISTIANSTAD, KOMPAS.com - Berkembangnya pendidikan pramuka di seluruh dunia utamanya karena ada kesukarelaan. Karena itu, pendidikan pramuka jangan diwajibkan bagi semua anak-anak sekolah karena hasilnya tidak maksimal.
Pramuka itu dasarnya adalah kesukarelaan. Memang tidak semua anak harus jadi Pramuka. Tetapi semangat kepramukaan harus ada dalam diri setiap anak.
-- Azrul Azwar
Hal itu dikatakan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Azrul Azwar di sela-sela kunjungan ke lokasi perkemahan kontingen Indonesia di Jambore Pramuka Dunia yang berlokasi di Bumi Perkemahan Rinkaby, Kristianstad, Kamis (29/7/2011).
Sebanyak 133 anggota pramuka Indonesia berusia 14-18 tahun ikut ambil bagian dalam jambore pramuka dunia ke-22 yang berlangsung hingga 7 Agustus mendatang.
"Pendidikan pramuka bagi anak-anak sekolah itu jangan wajib atau dipaksakan bagi semua anak. Kebijakan seperti ini yang membuat pendidikan Pramuka di sekolah gagal. Sebab, Pramuka itu dasarnya adalah kesukarelaan. Memang tidak semua anak harus jadi Pramuka. Tetapi semangat kepramukaan harus ada dalam diri setiap anak," kata Azrul.

Menurut Azrul, pembenahan utama untuk menghidupkan dan mengembangkan pendidikan pramuka dengan memperbaiki gugus depan di sekolah-sekolah. Pembina pramuka benar-benar dibekali dengan kemampuan dan kreativitas menyelenggarakan pendidikan pramuka yang menyenangkan dan menanamkan nilai-nilai serta keterampilan hidup.

Azrul mengungkapkan upaya-upaya untuk memperkuat gerakan pramuka di Indonesia, terutama di sekolah-sekolah. Pembina pramuka akan dilatih secara intensif dan mendapat sertifikasi yang diperbaharui lima tahun sekali.

Selain itu, perlu pengorganisasian yang kuat pada gugus depan di sekolah serta pemberian alat-alat Pramuka. Komite sekolah dan orang tua juga perlu dilibatkan untuk sama-sama memahami pentingnya pendidikan Pramuka untuk emmbentuk generasi muda Indonesia yang mandiri, cinta damai, dan melakukan kebaikan-kebaikan bagi sesama.

Hal lain yang penting, kata Azrul, dukungan pendanaan pendidikan Pramuka di sekolah diharpkan bisa juga diambil dari dana bantuan operasional sekolah. Pendidikan pramuka mesti dijalankan dengan tujuan yang murni, bukan karena adanya proyek nasional pendidikan karakter semata yang saat ini digandrungi pemerintah.

Azrul menekankan supaya gerakan pramuka Indonesia dijauhkan dari intervensi politik untuk kepentingan sesaat. Sebab, kepramukaan yang sejati sesungguhnya dapat membentuk karakter yang luar biasa dalam diri tiap individu. (Ester Lince Napitupulu, wartawati KOMPAS melaporkan dari Kristianstad, Swedia)


http://edukasi.kompas.com/read/2011/07/29/15500374/Pramuka.Jangan.Diwajibkan

Wednesday, July 13, 2011

Your Mother Was Right: Good Posture Makes You Tougher

ScienceDaily (July 12, 2011) — Mothers have been telling their children to stop slouching for ages. It turns out that mom was onto something and that poor posture not only makes a bad impression, but can actually make you physically weaker. According to a study by Scott Wiltermuth, assistant professor of management organization at the USC Marshall School of Business, and Vanessa K. Bohns, postdoctoral fellow at the J.L. Rotman School of Management at the University of Toronto, adopting dominant versus submissive postures actually decreases your sensitivity to pain.

The study, "It Hurts When I Do This (or You Do That)" published in theJournal of Experimental Social Psychology, found that by simply adopting more dominant poses, people feel more powerful, in control and able to tolerate more distress. Out of the individuals studied, those who used the most dominant posture were able to comfortably handle more pain than those assigned a more neutral or submissive stance.

Wiltermuth and Bohns also expanded on previous research that shows the posture of a person with whom you interact will affect your pose and behavior. In this case, Wiltermuth and Bohns found that those adopting submissive pose in response to their partner's dominant pose showed a lower threshold for pain.

Fake it until you make it
While most people will crawl up into a ball when they are in pain, Bohn's and Wiltermuth's research suggests that one should do the opposite. In fact, their research suggests that curling up into a ball may make the experience more painful because it will make you feel like you have no control over your circumstances, which may in turn intensify your anticipation of the pain. Instead, try sitting or standing up straight, pushing your chest out and expanding your body. These behaviors can help create a sense of power and control that may in turn make the procedure more tolerable. Based on previous research, adopting a powerful, expansive posture rather than constricting your body, may also lead to elevated testosterone, which is associated with increased pain tolerance, and decreased cortisol, which may make the experience less stressful.

Keeping Your Chin Up Might Really Work to Manage Emotional Pain
While prior research shows that individuals have used pain relievers to address emotional pain, it is possible that assuming dominant postures may make remembering a breakup or some distressing emotional event less painful.

Caregivers Need to Let Go
Caregivers often try to baby those for whom they are caring to help make things easier and alleviate stress. In doing this, they force those they are caring for in a more submissive position -- and thus, according to this new research, possibly render their patients more susceptible to experiencing pain. Rather, this research suggests that caregivers take a more submissive position and surrender control to those who are about to undergo a painful procedure to lessen the intensity of the pain 


Pendidikan Karakter (Character Building)

JAKARTA, KOMPAS.com — Pada era globalisasi, persaingan dalam segala bidang, termasuk dalam dunia kerja, semakin ketat sehingga diperlukan strategi jitu untuk memenangkannya. Salah satunya adalah dengan mengembangkan sikap kreatif dan inovatif disertai karakter yang baik oleh institusi pendidikan.

Demikian diungkapkan Rektor Universitas Bina Nusantara Prof Harjanto Prabowo dalam diskusi "Strategi Memenangkan Persaingan Global dalam Dunia Kerja" di kampus Binus, Selasa (12/7/2011). Menurut dia, pembentukan sikap kreatif, inovatif, dan karakter seseorang sangat dipengaruhi banyak faktor, di antaranya lingkungan, keluarga, serta pendidikan.

Harjanto mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia pun mulai berupaya memperbaiki kualitas pendidikan dengan berbagai cara, seperti pendidikan gratis untuk enam tahun masa pendidikan dasar, peningkatan gaji guru, serta pemberian bantuan biaya operasional sekolah.

Namun, upaya tersebut masih perlu ditingkatkan mengingat kualitas pendidikan di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal itu dapat dilihat dari data peringkat Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), UNESCO, Indonesia menempati urutan ke-111 dari 172 negara (2011), ke-109 (1999), dan ke-99 (1997).

"Perlu upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah dan swasta dalam sistem pendidikan. Karena kami tidak hanya akan mencetak manusia-manusia pintar, tetapi juga manusia yang memiliki karakter yang baik, inovatif, dan kreatif sehingga mampu bersaing dengan negara lainnya," ujar Harjanto.
"Prestasi akademik yang gemilang dan tingkat intelektual yang tinggi tanpa disertai karakter yang baik tidak menjamin manusia tersebut berhasil di tengah masyarakat," katanya.

Melihat urgensi tersebut, lanjut Harjanto, Binus sejak enam tahun lalu berusaha fokus terhadap terhadap pendidikan karakter. Binus memasukkan pendidikan karakter ke dalam mata kuliah yang diterapkan dalam 26 program studi. Selain masuk ke dalam kurikulum, pendidikan karakter juga diterapkan dalam program corporate social responsibility (CSR) melalui Teach for Indonesia (TFI).
"Program ini juga melibatkan para mahasiswa dari berbagai program untuk menjadi sukarelawan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan," tuturnya.

Saat ini, TFI sudah bekerja sama dengan beberapa institusi dan terbuka bagi masyarakat dan institusi yang ingin ikut serta dalam berbagai kegiatan. Harjanto mengatakan, selama ini pembentukan karakter yang diterapkan di seluruh program studi tersebut meliputi employability skill yang termasuk di dalamnya tentang religi, serta entrepreneur skill dan nasionalisme

"Masuk ke dunia luar tidak cukup hanya dengan hard skill. Kami menyadari, persaingan dalam segala bidang semakin ketat dan untuk dapat memenangkannya perlu mengembangkan sikap kreatif dan inovatif disertai dengan karakter yang baik," kata Harjanto. 


SIMAK-UI 3 Juli 2011

Seleksi Masuk (SIMAK) Univ. Indonesia adalah pola seleksi yang tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi. SIMAK-UI adalah seleksi masuk untuk jenjang program S1 Regular, Vokasi (D3), S1 Paralel dan S1 Kelas Khusus Internasional (KKI), S2, S3, Profesi dan Spesialis secara bersamaan. Dalam upaya pemerataan kesempatan belajar di UI, maka SIMAK-UI dilaksanakan secara serentak, sehingga siswa atau siapapun yang ingin masuk UI dapat mengikuti seleksi di beberapa lokasi kota terdekat dengan tempat tinggalnya (Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Medan, Padang, Palembang, Pekanbaru, Makassar, Samarinda), tanpa harus datang ke Depok. Untuk TA 2011/2012, mengikuti Permendiknas  34/2010, maka SIMAK-UI direncanakan tanggal 3 JULI 2011.


SIMAK-UI BUKAN jalur MANDIRI,dan UI tidak memiliki jalur Mandiri. Untuk Jenjang S1 Reguler, Biaya Pendidikannya sama jika diterima melalui jalur masuk lainnya seperti jalur PPKB (PMDK), SNMPTN dan Prestasi. Besarnya Biaya Pendidikan di S1 Regular adalah BERKEADILAN, bergantung kemampuan orangtua/wali.


Pendaftaran secara online 3-25 Juni 2011.
Prosedur Pendaftaran (klik)
Dengan sekali ujian SIMAK-UI, siswa SMA/Sederajat dapat memilih S1 Reguler, Vokasi (D3), S1 Paralel, atau S1 Kelas Khusus Internasional (KKI).
Sedangkan bagi pendaftar jenjang Pascsarjana (S2, S3, Profesi dan Spesialis) hanya dapat memilih 1 program studi.
S1 Reguler
Komponen Biaya Pendidikan (BP) yaitu BOP persemester yang besarnya MIN Rp 100.000,- hingga MAX Rp 5.000.000,- kelompok PS IPS dan MAX Rp 7.500.000,- kelompok PS IPA tergantung pada kemampuan orangtua/wali, dimana tidak ada lagi biaya SKS, biaya praktikum dan biaya tambahan lainnya.
Komponen BP lainnya adalah Uang Pangkal yang dibayarkan sekali pada saat masuk (bisa dicicil) yang besarnya NOL hingga MAX Rp 5jt, 10jt atau 25jt (tergantung pada fakultasnya). Nilai Uang Pangkal sangat bergantung pada kemampuan orangtua/wali.
Biaya Pendidikan S1 Regular bila tidak mampu akan ditentukan, setelah siswa diterima seleksi. BERKEADILAN berdasarkan dokumen yang menunjukkan ketidakmampuan orangtua/wali membayar biaya pendidikan maksimal.
Berbeda dengan SNMPTN yang hanya menerima siswa yang mengikuti Ujian Nasional (UN), SIMAK-UI menerima siswa yang tidak mengikuti UN namun memiliki ijazah A level atau IB Diploma.
Daftar program studi S1 Reguler dapat dilihat 
disini.

Vokasi (D3)
Program Vokasi adalah program pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global. Program ini membuka kesempatan bagi lulusan SMA/Sederajat (tanpa batasan usia dan tahun lulusan) yang ingin melanjutkan pendidikan dengan kurikulum berbasis keahlian profesi. Biaya pendidikan di program Vokasi telah mendapat subsidi Universitas, namun tidak ada BOP-Berkeadilan.
Daftar program studi Vokasi (D3) dapat dilihat disini.

S1 Paralel
Program S1 Pararel diadakan untuk membuka kesempatan bagi lulusan SMA/Sederajat (tanpa batasan usia dan tahun lulusan) yang ingin melanjutkan pendidikan dengan kurikulum berbasis keilmuan. Kurikulum, fasilitas maupun tenaga pengajar sama dengan program pendidikan lainnya di UI. Biaya pendidikan S1 Paralel tetap mendapat subsidi Universitas, namun tidak ada BOP-Berkeadilan.
Daftar program studi S1 paralel dapat dilihat disini.

S1 Kelas Khusus Internasional (KKI)
Adalah program pendidikan yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar perkuliahan. Program ini diselenggarakan oleh Universitas Indonesia atas dasar adanya kerjasama antara Universitas Indonesia dengan mitra Perguruan Tinggi di luar negeri yang memiliki reputasi internasional dan telah memperoleh akreditasi di negaranya.
-          Gelar Tunggal, adalah program KKI yang memiliki kurikulum khusus dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan atau pengalaman magang di universitas mitra di Luar Negeri selama beberapa bulan. Mahasiswa hanya akan memperoleh gelar kesarjanaan dari UI.
-          Gelar Ganda, adalah program KKI yang memiliki kurikulum khusus dengan memberi kesempatan mahasiswa untuk menempuh studi di UI dan di Universitas Mitra UI dengan skema masa studi di universitas mitra di Luar Negeri selama 2-4 semester. Mahasiswa akan memperoleh gelar kesarjanaan dari UI dan dari Universitas Mitra UI sekaligus.
Daftar program studi KKI dapat dilihat disini.

Materi Ujian
Materi yang diujikan tergantung kelompok ujian program studi yang dipilih oleh peserta. Lihat kelompok ujian program studi, dengan meng-klik tulisan program pendidikan berikut: Vokasi (D3), S1 Reguler, S1 Paralel, danS1 Kelas Khusus Internasional

Kelompok Ujian:
Kelompok IPA = Kemampuan Dasar + Kemampuan IPA
Kelompok IPS = Kemampuan Dasar + Kemampuan IPS
Kelompok IPC = Kemampuan Dasar + Kemampuan IPA + Kemampuan IPS

Materi Ujian:
·         Kemampuan Dasar terdiri dari: Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris
·         Kemampuan IPA terdiri dari: Matematika IPA, Fisika, Kimia, Biologi, IPA terpadu
·         Kemampuan IPS terdiri dari: Sejarah, Ekonomi, Geografi, IPS terpadu

Thursday, June 30, 2011

Gagal SNMPTN Bukan Akhir Segalanya!

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Kamis (30/6/2011) ini, bisa jadi deg-deg "ser" ratusan ribu peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2011 telah berakhir. Ada yang menyambutnya dengan suka, ada pula yang mungkin berduka dan memendam kecewa karena gagal masuk ke perguruan tinggi idaman. Sebagai sebuah kompetisi, SNMPTN  memang sarat dengan persaingan yang sangat ketat. Nah, bagi yang gagal menembus SNMPTN tahun ini, jangan berkecil hati. Gagal SNMPTN bukan akhir segalanya. Atau, seperti judul sebuah lagu, "Dunia belum berakhir". Bagaimana cara mengatasi kecewa?

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara (Binus), Johannes A.A Rumeser mengatakan, para siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi jangan terpaku oleh hasil SNMPTN semata. Ia mengungkapkan, SNMPTN tidak lantas dapat menjamin kesuksesan seseorang.

"Saya punya tiga kata untuk mereka yang tidak lolos, dunia tak seluas daun kelor. Mereka harus jeli melihat peluang dan berpikir cerdas," kata Johannes kepada Kompas.com, Rabu (29/6/2011) malam.
Dihubungi terpisah, dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung (UNISBA), Endang Pudjiastuti mengajak para peserta SNMPTN untuk berpikir realistis. Ia juga mengatakan, SNMPTN dapat digunakan untuk mengukur kepandaian minat dan bakat. Ketika tidak lolos, anggap saja karena kurang beruntung.
"Para siswa harus paham dan realistis. Mereka tidak lolos mungkin karena kurang bersaing dalam minat dan bakat (program studi) yang dipilihnya," kata Endang.

"Seharusnya, para siswa yang mendaftar SNMPTN sudah dapat menentukan program studi apa yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Ini seperti lomba, mereka harus tahu potensi. Namun tenang saja, ini kan ajang mengukur diri, anggap saja sedang kurang beruntung karena keliru saat menjawab," tambahnya.

Jadi, jangan terpaku pada kegagalan. Tentukan langkah berikutnya, karena di manapun pasti ada gerbang kesuksesan!

118.233 Peserta Lolos SNMPTN 2011

Jakarta, Kompas - Dari total 540.953 peserta seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri, sebanyak 118.233 dinyatakan lolos ujian tertulis dan keterampilan.

Dari jumlah peserta yang diterima, 56.856 peserta berasal dari kelompok IPA dan 61.377 kelompok IPS.
Daya tampung yang tersedia di seluruh perguruan tinggi negeri peserta SNMPTN tahun ini sebanyak 119.041 kursi.

”Dari alokasi ini hanya 118.233 peserta yang lolos seleksi sehingga masih ada 808 kursi yang kosong,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, Djoko Santoso, Selasa (28/6), di Jakarta.

Kursi kosong, kata Ketua Panitia SNMPTN 2011 Herry Suhardiyanto, jumlahnya menurun drastis jika ketimbang tahun lalu yang mencapai 4.173 kursi. ”Kursi kosong terjadi di sejumlah program studi yang dianggap masyarakat tidak favorit,” katanya.

Herry mengatakan, terdapat sekitar 154.954 peserta yang sebenarnya tergolong siswa cerdas dan nilainya di atas rata-rata tetapi tidak lolos SNMPTN. Ini, antara lain, disebabkan mereka kurang taktis dalam memilih program studi.

”Mereka hanya mau memilih program studi favorit di PTN yang memiliki tingkat persaingan sangat tinggi, padahal daya tampungnya terbatas,” katanya.

Sebaliknya, ada PTN atau program studi yang justru kurang peminat padahal daya tampungnya cukup banyak sehingga terjadi kekosongan kursi. ”Ada peserta dengan nilai 90 tetapi tidak lolos. Ada juga yang nilainya hanya 30 tetapi lolos,” ujarnya.

Tiga bidang

Untuk mengantisipasi membeludaknya peminat pada program studi tertentu, Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, tahun depan akan menambah kapasitas daya tampung program studi terutama pada bidang teknik, sains, dan pertanian.

”SNMPTN 2012 akan didesain ulang agar lebih banyak anak yang bisa kuliah sehingga akan menaikkan angka partisipasi kasar,” kata Nuh seusai berbicara di Musyawarah Nasional V Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia.

Pemerintah akan memberikan perhatian khusus pada bidang teknik, sains, dan pertanian. (LUK)

Tuesday, June 28, 2011

Tips Menaklukkan Wawancara Beasiswa

KOMPAS.com - Kabar berhasil melewati sejumlah tahapan dalam seleksi penerima beasiswa, pasti menjadi kabar yang sangat baik. Apalagi, jika telah mencapai tahapan wawancara yang merupakan tahap akhir dari serangkaian tes yang harus dilalui bagi calon penerima beasiswa. Memasuki tahapan ini, artinya Anda dianggap sebagai kandidat yang kompeten untuk menerima pembiayaan studi. Tetapi, jangan berpuas hati. Tak sedikit yang harus "gigit jari" karena tak berhasil melampaui tahapan ini. Nah, berikut ini adalah pertanyaan umum dalam wawancara beasiswa dan bagaimana jawaban terbaik yang harus diberikan, seperti dikutip dari www.supercollege.com. Yuk, disimak!

1. Bagaimana Anda saat menjadi seorang pemimpin, atau, bagaimana Anda menggambarkan kepemimpinan?
Jika Anda mendapat pertanyaan mengenai kemampuan kepemimpinan, jangan hanya mengungkapkan sejumlah titel atau posisi yang pernah diraih. Fokuskan pada posisi kepemimpinan yang spesifik atau aktivitas yang bisa memberikan gambaran secara detil serta menunjukkan komitmen yang kuat. Misalnya, aktivitas sosial yang dilakukan, serta bagaimana Anda berkompetisi meraih sesuatu akan memudahkan pewawancara untuk mengukur prestasi Anda. Ingat, tidak harus menceritakan bagaimana Anda mengorganisir sesuatu atau memotivasi orang lain. Hal itu justru terkesan sangat klasik.

2. Apa kekuatan dan kelemahan terbesar Anda?
Akan sangat mudah untuk mengatakan bahwa kekuatan Anda adalah seseorang yang mau bekerja keras. Tetapi, apa yang akan menjadi bukti kekuatan itu? Gunakan sebuah contoh. Sampaikan sebuah ilustrasi yang bisa menggambarkan apa yang Anda maksud dengan kekuatan itu. Tidak cukup hanya mengatakan bahwa Anda memiliki kualitas kepemimpinan yang baik. Anda harus bercerita tentang kejadian dimana Anda memang memimpin, apa hasil dari kepemimpinan Anda? Kenapa Anda melakukannya? Hal ini akan memudahkan pewawancara untuk memercayai bahwa itu memang kekuatan Anda.
Nah, ketika berbicara tentang kelemahan, jujur, tetapi penting untuk menunjukkan tindakan apa yang Anda ambil untuk mengatasi kelemahan itu. Mengakui kegagalan bukanlah kesalahan. Yang terpenting, bagaimana Anda mengambil langkah untuk mengatasi kegagalan itu.

3. Siapa yang menjadi tokoh panutan Anda?
Ketika pewawancara mengajukan pertanyaan ini, mereka bermaksud untuk mempelajari diri Anda dari jawaban yang diberikan. Dengan kata lain, siapa orang yang Anda kagumi menggambarkan sesuatu tentang Anda. Jadi, berhati-hatilah dalam menjelaskan siapa sosok yang Anda kagumi. Tak masalah siapapun yang Anda pilih sebagai "pahlawan", asal yakin bahwa Anda mengetahui banyak tentang tokoh itu untuk menjelaskan secara spesifik tentang pribadinya.

4. Apa buku favorit Anda?
Jangan memberikan laporan tentang sebuah buku, ketika menjawab pertanyaan ini. Apa yang diinginkan pewawancara adalah untuk memelajari siapa Anda. Apa yang Anda katakan tentang pentingnya membaca buku mengindikasikan ketertarikanmu, apa yang Anda yakini, tujuan dan hal yang disukai maupun tidak disukai.

Ketika berpikir tentang buku yang akan dipilih sebagai bacaan favorit, katakan bahwa pilihan itu membuatmu berpikir berbeda atau mendorong untuk melakukan suatu aksi tertentu. sebutkan juga, apa yang secara khusus membuat Anda terhubung dengan tokoh utama. Yang terpenting bukanlah apa buku yang Anda sukai, tetapi mengapa buku itu berarti bagi Anda.

5. Kenapa Anda memilih kampus ini?
Ini adalah kesempatan terbaik untuk mengungkapkan sesuatu tentang diri Anda melalui jawaban yang diberikan. Anda tentu bukannya menjadi tour guide dengan mendeskripsikan aset terbesar yang ada di kampus itu. Lebih baik menjelaskan bahwa Anda memilih sekolah itu karena fasilitas riset yang dimiliki. Jelaskan apa yang Anda akan lakukan dengan fasilitas-fasilitas yang ada. Lebih detil dan spesifik akan lebih baik.

6. Apa mata kuliah/mata pelajaran yang disukai di sekolah/kampus? Mengapa?
Akan terlihat mudah untuk menyebutkan mata pelajaran favorit. Tetapi, pewawancara mencoba memahami mengapa Anda menyukai apa yang Anda suka. Beri alasan dan contoh mengapa Anda menyukainya. Misalnya, ketika Anda menjawab menyukai Bahasa Inggris, berikan jawaban lebih dari sekadar, "Karena saya menyukainya" atau "Karena saya bagus dalam Bahasa Inggris".
Pertanyaan ini juga bisa Anda manfaatkan untuk menyebutkan sejumlah pencapaian atau penghargaan. Jika Anda mengatakan bahwa mata pelajaran yang disukai adalah Bahasa Inggris, Anda dapat berbicara tentang kompetisi menulis yang Anda menangkan, dan lain-lain.

7. Apa pengalaman akademik yang paling berkesan?
Pertanyaan seperti ini adalah kesempatan besar untuk menyampaikan sejumlah pencapaian yang berkesan. Yakinkan, bahwa apa yang Anda sampaikan detil dan menjelaskan bagaimana pentingnya pengalaman itu. Gunakan jawaban sebagai kesempatan untuk sedikit memberikan gambaran tentang Anda melalui cerita tentang proyek atau kelas yang berarti bagi Anda dan memberikan contoh yang membuat orang akan mengingatnya. Jika memungkinkan, pilihlah topik yang berhubungan dengan beasiswa yang akan menggambarkan mengapa Anda benar-benar ingin memenangkan beasiswa itu.
Semoga berhasil

http://edukasi.kompas.com/read/2011/06/28/09060682/Tips.Menaklukkan.Wawancara.Beasiswa

Thursday, June 16, 2011

Hore...Peserta UMB-PT Bisa Pilih 7 Jurusan!

JAKARTA, KOMPAS.com - Ujian masuk bersama perguruan tinggi (UMB-PT) tahun ini nampaknya akan bisa menjadi alternatif pilihan. Setidaknya, menjadi pilihan kedua setelah gagal lolos seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Pasalnya, tahun ini para peserta UMB-PT dapat memilih tujuh program sekaligus di tujuh perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN dan PTS).

"Seperti yang saya katakan, UMB-PT itu untuk melengkapi. Saya yakin, karena ada ratusan ribu calon mahasiswa yang tidak lolos SNMPTN," kata Ketua Perhimpunan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Nusantara (P-SPMBN), Asman Boedisantoso kepada para wartawan, Kamis (16/6/2011), di Jakarta.

Peserta UMB-PT, dibagi ke dalam dua kelompok ujian dan dipecah menjadi beberapa jenis kategori biaya. Jenis pertama, untuk kelompok ujian IPA dan IPS, peserta dikenakan biaya pendaftaran Rp 275 rbu sampai Rp 375 ribu.

Jenis kedua, peserta yang memilih kelompok ujian IPC (IPA dan IPS) dikenakan biaya pendaftaran mulai dari Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu. Para peserta UMB-PT dapat memilih lima sampai tujuh program studi baik di PTN maupun di PTS.

Untuk pendaftaranya, UMB-PT dapat diakses melalui www.spmb.or.id atau www.penerimaan.spmb.or.id/umb/utama mulai tanggal 1 Juli sampai pukul 24.00 tanggal 7 Juli 2011, dan hasil UMB-PT akan diumumkan mulai pukul 18.00 pada 17 Juli melalui http://penerimaan.spmb.or.id. Ujian sendiri dilaksanakan pada 9 Juli 2011.