Bidang Peningkatan Kualitas Akademik

Bidang Peningkatan Kualitas Akademik


SMAN 93

Wednesday, February 22, 2012

Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian

Written by Arief Furchan (diedit seperlunya)    
Friday, 17 April 2009 23:08

Apakah yang dimaksud dengan kecemasan ujian itu?

Kecemasan ujian adalah rasa cemas yang berlebihan ketika menghadapi ujian.  Merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian sebenarnya adalah normal.  Bahkan sedikit rasa cemas dapat mendorong semangat belajar Anda dan menjaga Anda tetap termotivasi.  Akan tetapi, rasa cemas yang berlebihan dapat mengganggu belajar Anda.  Anda mungkin akan sulit belajar dan mengingat materi kuliah yang akan diujikan.  Di samping itu, rasa cemas yang berlebihan juga mungkin akan menghambat kinerja Anda dalam ujian.  Anda mungkin sulit menunjukkan apa yang telah Anda ketahui dalam ujian itu.

Bagaimana Anda tahu kalau rasa cemas Anda berlebihan?

Anda mungkin mempunyai rasa cemas yang berlebihan jika Anda menjawab YA pada empat atau lebih dari pertanyaan berikut ini:

1.Saya merasa sulit memulai belajar untuk ujian.
2.Ketika belajar untuk menghadapi ujian, saya menemukan banyak hal yang mengganggu perhatian saya.
3.Saya merasa akan mendapat nilai jelek dalam ujian itu, tidak peduli seberapa keras saya belajar.
4.Ketika mengikuti ujian, saya merasa tidak sehat secara fisik: saya merasa tangan saya berkeringat, sakit perut, pusing, sulit bernafas, dan otot terasa tegang.
5.Ketika mengerjakan ujian, saya merasa sulit memahami petunjuk dan pertanyaannya.
6.Ketika mengerjakan ujian, saya sulit menata fikiran saya.
7.Ketika mengerjakan soal ujian, saya sering merasakan  “fikiran kosong.”
8.Ketika mengerjakan ujian, saya merasa fikiran saya melayang ke hal-hal lain.
9. Saya biasanya dapat nilai lebih jelek pada ujian daripada nilai saya pada tugas dan makalah.
10.Sesudah ujian selesai, saya dapat mengingat informasi yang tidak dapat saya ingat ketika mengerjakan soal ujian.

Bagaiman cara mengatasi kecemasan ujian?

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan sebelum, selama, dan sesudah ujian untuk mengurangi kecemasan menghadapi ujian.

1.Gunakan teknik belajar untuk dapat menguasai materi kuliah yang akan diujikan secara kognitif.  Penguasan ini akan membantu Anda mendekati ujian dengan rasa percaya diri, dan bukan rasa cemas yang berlebihan.  Kembangkan kebiasaan belajar yang baik.
2.Tetaplah bersikap positif ketika Anda belajar.  Fikirkan keberhasilan, bukan kegagalan.  Anggaplah ujian itu sebagai suatu kesempatan untuk menunjukkan seberapa jauh Anda telah belajar.
3.Masuklah ke ruang ujian dengan kondisi cukup istirahat dan makan cukup.  Tidurlah dengan cukup di malam menjelang ujian.  Makanlah makanan ringan dan bergizi sebelum ujian.  Hindari makanan yang kurang bergizi.
4.Tetaplah santai selama ujian berlangsung.  Menarik nafas pelan-pelan dan dalam-dalam.  Ini bisa membantu.  Pusatkan perhatian pada pernyataan positif seperti “Saya dapat mengerjakan ini.”
5.Ikuti rencana belajar yang sudah Anda buat untuk menghadapi ujian tersebut.  Jangan panik meskipun seandainya ujian itu ternyata sulit.  Tetaplah dengan rencana belajar Anda.
6.Jangan mempedulikan siswa lain yang menyelesaikan ujian lebih dulu daripada Anda.  Gunakan waktu yang Anda perlukan untuk berusaha sebaik mungkin.
7.Sesudah menyelesaikan ujian itu dan menyerahkan jawaban Anda, lupakanlah ujian itu untuk sementara.  Tak ada lagi yang dapat Anda lakukan sampai hasil ujian itu dikembalikan kepada Anda.  Alihkan perhatian dan usaha Anda pada tugas dan ujian baru yang akan datang.
8.Ketika hasil ujian itu dikembalikan kepada Anda, analisalah hasil itu untuk mengetahui di mana kekurangan dan kelebihan Anda dalam ujian tersebut.  Belajarlah dari kesalahan dan keberhasilan Anda.  Trapkan pengetahuan ini ketika Anda mengikuti ujian berikutnya.

Untuk berhasil dalam ujian, Anda harus menguasai materi ujian itu.  Untuk dapat menunjukkan apa yang Anda kuasai, Anda perlu mengendalikan rasa cemas Anda yang berlebihan.

Thursday, February 16, 2012

Terlalu Indoktrinasi, Desain Pendidikan Perlu Diubah

Foto: Noam Chomsky di ruang kerjanya di MIT. (Corbis)
Foto: Noam Chomsky di ruang kerjanya di MIT. (Corbis)
PAKAR lingustik dan studi politik asal Amerika Serikat (AS), Noam Chomsky mengkritik dunia pendidikan tinggi. Menurut profesor Departemen Linguistik dan Filosofi Massachusetts Institute of Technology (MIT) ini,  pendidikan menciptakan orang-orang yang hanya bisa ‘setuju’.  
Dalam sebuah wawancara, Chomsky menekankan asumsinya bahwa pendidikan hanya menjadi tempat penindasan. Alih-alih melatih orang belajar jadi diri sendiri, pendidikan telah menjadi ‘indoktrinasi, di mana orang-orang ditempatkan dalam suatu kerangka agar mengikuti perintah yang diberikan’.
 
Sebagai contoh, aktivis pada 60-an menyatakan keprihatinan terhadap spektrum pendidikan karena membuat anak muda terlalu bebas dan independen serta negara terlalu demokratis. Protes itu melahirkan sistem pendidikan yang memberikan pelatihan dan kejuruan (vokasi) dengan desain untuk mengontrol dan menciptakan kesesuaian. 
 
Ini adalah perjuangan tanpa henti, apakah anda melatih (siswa) untuk lulus ujian atau melatih mereka untuk mempertanyakan berbagai hal. Dan ini merupakan perjuangan yang terus terjadi hingga lulussekolah. Struktur kekuasaan dalam masyarakat ingin agar orang merasa nyaman dan patuh serta tidak menggoyahkan kekuasaan dan otoritas,” jelasnya.
 
Dosen yang juga aktivis vokal ini mengingatkan bahwa tujuan pendidikan mudah hilang, sementara revolusi digital yang tengah terjadi tidak cocok dengan transformasi komunikasi pada abad ke-19.
 
Dia mengkritik penekanan akan ujian dari level sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Pasalnya, menurut pengajar usia 83 tahun ini, komite pemilihan siswa baru di sekolah dan perguruan tinggi elite, tidak terlalu peduli dengan hasil ujian. Demikian seperti dikutip dari The Australian, Kamis (16/2/2012).
 
Noam juga menyesalkan gagasan yang menggunakan pendidikan sebagai ‘mesin’ pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, hal ini menjadi antitesis dari fungsi pendidikan sesungguhnya yang ingin mencetak manusia menjadi lebih baik.
 
Apakah kita ingin memiliki masyarakat yang bebas, individu independen yang mampu menghargai danmemperoleh hasil dari prestasi masa laluatau kita ingin orang yang dapat meningkatkan GDP?” tanyanya.
 
Noam juga menolak penekanan ilmu sebagai kekuatan tapi kurang bermanfaat dalam pendidikan. “Seseorang dapat pintar luar biasa saat ujian tapi pengetahuannya tidak banyak,” pungkasnya.
(rhs)



http://kampus.okezone.com/read/2012/02/16/373/576991/terlalu-indoktrinasi-desain-pendidikan-perlu-diubah